Selasa, 25 Mei 2010

MEMBACA “TRADISI” YANG TERLUPA

Awali dengan membaca akhiri dengan berbuat, budaya membaca sudah ada sejak zaman rasululloh shollahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, surat pertama yang diturunkan Allah subhanahu wata’ala kepada nabi diawali dengan kata iqro’ yang mempunyai arti bacalah…! Yang di ulang – ulang sampai tiga kali.
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kepada kita dua telinga, dua mata dan satu mulut, dari hal tersebut dapat kita mengambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk lebih banyak mendengar serta membaca dan tidak banyak bicara.
Komunikasi menjadi salah satu keterampilan paling penting dalam hidup ini, kadang banyak persoalan yang menyangkut hubungan kita dengan orang disebabkan kita salah berkomunikasi. Sering kita jumpai pertentangan dan perselisihan bersumber dari miskomunikasi. Persoalan yang kelihatannya sepele menjadi membesar, bahkan bisa terjadi pertumpahan darah.
Keahlian komunikasi bisa menjadi salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun ada hal yang harus diingat. Bahwa keterampilan komunikasi bukan sekedar bagaimana kita menyampaikan gagasan atau pendapat kepada orang lain.
Untuk menjaga komunikasi dengan orang lain tetap berjalan baik, perlu memilih dan memilah kata yang tepat untuk disampaikan pada orang lain. Dan membaca adalah langkah awal yang perlu diambil. Membaca memang mudah untuk diucapkan akan tetapi dalam pelaksanaannya sangatlah sulit.
Membaca sekarang ini menjadi aktifitas yang kurang diminati terutama oleh generasi muda, padahal dengan membaca kita dapat menambah pengetahuan juga pemahaman kita terhadap suatu hal serta meningkatkan perbendahaan kata dalam memori kita.
Salah satu alasan banyak orang tidak suka membaca buku karena banyaknya waktu yang harus dihabiskan meskipun buku itu menarik. Mereka tidak tahan jika harus berhari-hari menghabiskan suatu buku. Karenanya orang lebih suka dengan yang instan berupa ringkasan siap pakai.
Padahal, banyak informasi berharga dalam sebuah buku yang tidak bisa diperoleh dengan hanya mengandalkan ringkasannya saja. Persoalan ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan meningkatkan kemampuan dan kecepatan baca. ketika kecepatan baca meningkat, keinginan untuk belajar banyak hal menjadi semakin besar. Buku-buku tebal yang tadinya terlihat menakutkan sekarang menjadi sahabat yang bisa dinikmati tanpa harus menghabiskan waktu terlalu lama untuk mempelajarinya. Seperti yang dijelaskan Bobbi De Porter dalam buku Quantum Learning, proses belajar suatu hal akan membantu Anda memahami hal lain sekaligus merangsang keinginan untuk belajar hal-hal baru. Dengan demikian, tercipta jaringan pengetahuan yang terus berkembang, ciri seorang manusia pembelajar.
Di zaman informasi seperti sekarang, kita dapat memperoleh informasi hampir dari mana saja. Mulai dari yang konvensional seperti buku, koran, majalah, atau tabloid sampai dokumen elektronik seperti ebook, website, blog, ensiklopedi elektronik, hasil pencarian di internet, dan begitu banyak sumber lainnya.
Bayangkan dengan banyaknya informasi tersebut, dibutuhkan kemampuan memilah informasi mana yang penting dan mana yang tidak. Informasi dalam jumlah tertentu yang dibutuhkan akan sangat berharga. Sementara informasi yang terlalu banyak tanpa pemilahan hanya akan menjadi sampah. Kemampuan menyerap dan menguasai informasi yang telah dipilih secara cepat dan efektif menjadi kunci sukses di era ledakan informasi.
Dengan rajin Membaca kita memberikan pelumas pada otak kita supaya siap dengan laju perkembangan zaman, sebaliknya jika kita tidak punya motivasi untuk gemar membaca akan membuat otak tidak dirangsang untuk bekerja dan memahami ledakan informasi yang berada di sekitar kita.
Membiasakan membaca akan membantu kita dalam meningkat kemampuan komunikasi kita. Kemampuan komunikasi yang baik mengharuskan seseorang untuk memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik pula. Untuk membuat orang lain memahami kita, terlebih dahulu kita harus memahami orang lain.
Agar kita memiliki keahlian untuk memahami oranglain, diperlukan keterampilan mendengar. Keterampilan yang dianggap tidak penting. Dan beberapa kebiasaan yang perlu kita rubah dalam mendengar adalah sebagai berikut :
Ketika orang lain berbicara, sering kita mengabaikannya meskipun sesekali mengeluarkan bunyi, ”ooooo gitu” tapi sebenarnya kita tidak mempedulikan apa yang sedang dibicarakan.
Kita berpura – pura mendengarkan, tidak memperhatikan namun sesekali mengeluarkan komentar-komentar, ”asyik itu....” untuk mengelabui lawan bicara.
Mendengarkan bagian-bagian tertentu dari percakapan, dan hanya merespon hal-hal yang menarik.
Mendengar dengan sudut pandang kita, biasanya kita berlagak pinter dan sok tahu. Bahkan yang lebih parah, kita sering memotong pembicaraan orang lain. Dan gaya mendengar seperti ini mengarahkan kita untuk menghakimi, menasehati, menggali atau juga menyelidiki.
Keempat kebiasaan gaya mendengar diatas perlu kita rubah sedikit demi sedikit dengan mendengar dengan sudut pandang orang yang diajak bicara, mendengar untuk mengerti. Dalam mendengar seperti ini ada tiga point penting dalam prosesnya
Pertama, mendengar dengan mata dan hati komunikasi bila diprosentase 7% berasal dari verbal (kata) 40% dari intonasi suara dalam berkata-kata dan 53 % berasal dari bahasa tubuh.
Kedua, menyelami perasaan, dengan berusaha memandang dunia dari kacamata lawan bicara dan mengalah dengan mengesampingkan perasaan kita.
Ketiga, bersikap seperti cermin. Bagaimana ? cermin tidak memberikan nasehat, cermin hanya memantulkan. Cermin juga tidak menghakimi. Atau dengan kata lain berarti mengulang maknanya, dengan menggunakan kata-kata kita.
Dengan membiasakan mendengar seperti diatas akan menambah deposito dalam rekening kepercayaan oranglain terhadap kita.
Seekor burung hantu yang bijaksana sedang bertengger disebatang pohon, semakin banyak dia melihat, semakin sedikit ia berbicara, semakin sedikit ia berbicara, semakin banyak ia mendengar, mengapa kita tidak seperti burung hantu yang bijaksana itu ?
Disarikan dari berbagai sumber
Moh. Taufiqurrohman
Wakil Sekretaris III PC IPNU Kudus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar