Senin, 20 April 2009

Taman Baca IBUKU, Tumbuh dari Keterbatasan

Bercita-cita Wujudkan Taman Baca Online

Membaca memang belum menjadi kebiasaan masyarakat. Perlu upaya serius untuk memacu daya baca masyarakat, yang pada muaranya untuk meningkatkan kecerdasan. Rintisan taman baca yang terus bertumbuh dengan segala keterbatasannya, semestinya patut mendapat dukungan. Sayang, banyak taman baca yang tumbuh dari upaya pribadi, dan lepas dari perhatian pemerintah.

---

BUKU-BUKU bacaan itu tertata rapi di sebuah rak yang merapat dengan dinding. Dua meja melengkapi ruangan itu. Di salah satu sisi dinding, menempel papan bertuliskan bertuliskan Taman Bacaan Ibuku.

Seorang pemuda dengan mengenakan kaus hitam, sibuk di depan komputer. Adalah Choirul Anam, pengelola Taman Baca (TB) Ibuku di Desa Loram Wetan RT 3/RW 4, Kecamatan Jati, Kudus. TB yang berdiri 1 Mei 2008 lalu itu, kini telah berkembang pesat.

Hingga saat ini, TB Ibuku sudah mengoleksi 1.284 judul buku. Karena, buku yang ada di TB ini, untuk satu judul hanya ada satu eksemplar saja. Jika ada dua buku yang sama judulnya, maka akan diberikan ke TB yang lain.

Proses tukar menukar buku antar TB itu memang sering berlangsung, sebagai bentuk jaringan. Tujuannya sederhana, untuk mendirikan TB ini, yakni hanya ingin memberikan bacaan gratis kepada masyarakat.

Di samping itu, ada tujuan mulia yang ingin diwujudkan dengan TB ini, yaitu membantu program pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa. "Kami juga ingin ikut berperan aktif dalam masyarakat, dalam memperluas ilmu pengetahuan. Selain itu, kami juga ingin mempermudah masyarakat dalam mendapatkan informasi," ujarnya.

Menurut Anam, yang alumni UMS Solo ini akrab disapa, dengan adanya TB di Loram Wetan, masyarakat menyambutnya dengan baik. Para masyarakat sering menyuruh anaknya untuk datang ke TB-nya, baik sekadar membaca, atau meminjam buku.

Untuk meminjam buku di sini, hanya boleh satu eksemplar saja. Karena, peraturannya memang demikian. Dan itu paling lambat untuk dikembalikan, seminggu setelah hari peminjaman. Pihak pengelola, tidak memungut biaya sepeser pun, atas buku yang dipinjam masyarakat.

Hanya, untuk menjadi anggota, syaratnya hanya satu yakni memberikan dua eksemplar buku ke TB tersebut. "Di sini, jika mau menjadi anggota tetap, mereka diwajibkan memberikan kontribusi dua buah buku, terserah buku bacaan apa saja, dan tidak harus baru. Tapi, jika sumbangan buku yang diberikan itu lebih dari lima eksemplar, maka akan dianggap sebagai anggota eksklusif. Bedanya, anggota eksklusif boleh meminjam buku lebih dari satu," jelas Anam.

Sistem pelayanannya juga terbilang maju, bukan hanya mencatat dalam buku pinjam saja, tapi juga memakai kartu. "Ke depan, kami ingin menerapkan sistem barcode. Bukan hanya itu, kalau sudah ada dana, kami berencana membuat taman bacaan sistem online," katanya.

Kondisi ini berbeda dengan taman bacaan masyarakat (TBM) English for Beginer (EFB), yang berada di Desa Temulus RT 6 RW 5, Kecamatan Mejobo, Kudus. Selain ruangannya masih nebeng di sebuah bangunan yang bakal dijadikan pesantren, koleksi bukunya juga terbatas.

Menurut pengelola TBM EFB Muslimin, tempatnya untuk sementara waktu masih nebeng. "Selain untuk taman bacaan, kami juga membuka kursus Bahasa Inggris, dan itu gratis," ungkapnya.

Ditanya bagaimana tanggapan masyarakat dengan taman bacaan di Temulus, dia menjawab biasa-biasa saja. "Mereka tidak terlalu peduli dengan adanya TBM ini. Anak-anak yang datang meminjam buku ke sini, bukan disuruh oleh orang tuanya, tapi atas inisiatif sendiri," ceritanya.

Koleksi buku yang dimiliki hingga sekarang, Muslimin mengaku memiliki 150 eksemplar saja. Karena, untuk mendapatkan buku cukup sulit, tidak banyak orang yang rela mengulurkan bantuan.

Untuk meminta bantuan ke Dinas Pendidikan, yang sekarang Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, dia merasa masih tidak enak hati. Karena pada waktu pendirian TB-nya, sedikit terkena masalah, yaitu sempat dikejar-kejar aparat keamanan.

Pasalnya, pada waktu itu, dalam pembukaan TBM EFB, juga diselenggarakan bedah buku. Buku yang dibedah kebetulan buku berjudul "Orang Miskin Dilarang Sekolah". Buku tersebut dianggap kiri, maka tak heran kalau TBM EFB sempat jadi incaran aparat.

Untuk pengembangan TBM-nya, Muslimin berharap ada donatur yang mau menyumbangkan bukunya. "Jika punya buku di rumah yang sudah tidak dibaca lagi, agar ditaruh di sini. Siapa tahu ada yang mau memanfaatkannya," kata alumni FKIP UMK ini.

Sementara di Jepara, pengembangan TB juga dilakukan oleh Asy'ari. Pria yang gemar membaca dan menciantai seni ini berusaha untuk meningkatkan kreatifitas anak dengan membekali dengan pengetahuan dari buku. Bermodal tekad dan kerja keras, Asy'ari dan teman-temannya yang tergabung dalam karang taruna Desa Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan membuka taman baca.

"Kita tidak punya modal apa-apa, cuma ide dan dapat respon yang baik dari masyarakat," papar Asy'ari.

Dari ide tersebut, Asy'ari akhirnya mendapatkan simpatisan. Dana pun sedikit demi sedikit akhirnya terkumpul berkat swadaya masyarakat. Tempat semi permanen juga berhasil didirikan lewat dana dari desa.

"Praja Muda", menjadi nama yang akhirnya digunakan untuk taman baca mini yang berukuran 4x 5 meter. Sejak diresmikan beberapa waktu lalu, setidaknya kini terdapat 600 orang lebih pengunjung. Jika dikalkulasi, rata-rata pengunjung tiap hari 40 orang. Pada hari Minggu atau hari libur pengunjung hingga 80 orang.

Meski sudah berdiri, menurut Asy'ari keuntungan dari TB, sebenarnya tidak ada, apalagi yang berupa materi. Namun, jika banyak pengunjung yang datang, itulah menurutnya sebuah keuntungan sangat besar. Karena, dengan begitu, ia merasa hasil kerja kerasnya bersama teman-teman di karang taruna bisa dinikmati masyarakat utamanya. "Banyak pengunjung saja itu merupakan nikmat yang luar biasa," jelasnya

Setiap hari, anak-anak SD hingga remaja mendatangi taman baca tersebut. Tak hanya membaca, berdiskusi juga menjadi aktifitas yang tak tertinggal setiap kali dating ke tempat-tempat itu.

Tak hanya Asy'ari, Abdul Aziz, yang berprofesi sebagai guru di salah satu SMP swasta juga tak kalah aktif mengembangkan minat membaca anak. Dengan modal pribadi, ia rela membiayai taman baca yang dikelolanya.

Sumber : http://indopos.co.id/radar/

1 komentar:

  1. Sangat Inspiratif. Bagaimana cara Anda mulai mendirikan Taman Baca ini?
    - NIDA (nidarahma10@yahoo.com) -

    BalasHapus